Menggali Nilai Budaya dalam Baju Adat Riau yang Unik dan Istimewa – Knittopreneurs, siapa yang akrab dengan istilah semenanjung Melayu? Wilayah yang berbatasan dengan beberapa negara dan selat Malaka ini rupanya memegang peran penting dalam hal membentuk baju adat sebuah wilayah. Bagaimana bisa?
Menurut salah satu artikel yang berjudul Karakteristik dan Permasalahan Selat Malaka (2013), dinyatakan bahwa wilayah perairan ini adalah salah satu yang terpenting di dunia. Sekaligus, merupakan selat tersibuk kedua di dunia, karena menjadi pusat perdagangan dan pelayaran internasional.
Maka, tidak heran jika negara-negara di sekitarnya mengalami akulturasi budaya yang pesat. Terutama bagi kawasan yang langsung berhadapan dengan Selat Melaka, seperti Riau dan Kepulauan Riau. Ada pengaruh nilai budaya melayu yang kuat pada baju adat riau yang akan kita bahas.
Masa, sih? Apa saja kemiripan yang bisa kita temukan dari pakaian adat melayu dan baju adat riau? Bagaimana benang merah nilai-nilainya jika ditinjau dari sudut pandang sejarah? Apa saja jenis, komponen, dan makna filosofisnya yang bisa kita gali?
Simak artikel ini hingga akhir untuk menemukan jawabannya!
Sejarah dan Asal-Usul Baju Adat “Melayu” Riau
Knittopreneurs, tahukah kamu bahwa baju adat Riau dan pakaian adat Melayu lainnya menunjukkan banyak kemiripan? Penggunaan kain tenun, songket, dan motif-motif tertentu yang ditemukan pada baju adat Riau, misalnya, banyak dipengaruhi oleh budaya Melayu yang tersebar luas di Semenanjung Melayu dan Sumatera.
Kemudian, baju kurung dan kebaya labuh, dua jenis pakaian tradisional yang sangat populer di Riau, merupakan contoh nyata dari akulturasi budaya. Baju kurung, yang sederhana dan sopan, mencerminkan nilai-nilai kesopanan dan kehormatan yang dianut oleh masyarakat Melayu. Kebaya labuh yang lebih dekoratif menunjukkan pengaruh dari budaya Cina dan Eropa yang membawa kain sutra dan brokat serta teknik bordir yang rumit.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Pembahasan mengenai hal ini bisa kita bagi ke beberapa periode:
- Abad ke-15 hingga Abad ke-18: Periode Kesultanan Melayu
Pada zaman ini, baju adat Riau dipengaruhi oleh budaya Kesultanan Melayu. Baju kurung, dengan potongan longgar dan sederhana, juga kebaya labuh menjadi pakaian utama. Penggunaan kain sutra, songket, dan bordir rumit adalah cerminan dari interaksi budaya ini.
- Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20: Kolonialisme dan Modernisasi
Periode ini ditandai oleh pengaruh “barat” yang terlihat dalam penggunaan bahan dan teknik jahit yang lebih maju. Kebaya mulai diadopsi dengan variasi yang lebih modern dan elegan, menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan sentuhan baru. Baju adat riau pun mulai menunjukkan lebih banyak variasi dalam hal warna dan motif.
- Pertengahan Abad ke-20: Masa Kemerdekaan dan Nasionalisme
Setelah Indonesia merdeka, baju adat Riau kembali mengalami perubahan dengan penekanan pada simbol-simbol nasionalisme dan kebanggaan budaya lokal. Penggunaan kain tradisional seperti songket dan batik semakin digalakkan. Motif-motif yang menggambarkan identitas Melayu dan perjuangan kemerdekaan mulai muncul dalam desain baju adat.
- Akhir Abad ke-20 hingga Sekarang: Globalisasi dan Kebangkitan Budaya Lokal
Kini, baju adat Riau tampak semakin kreatif dan inovatif. Desainer lokal mulai menggabungkan elemen tradisional dengan desain kontemporer, menciptakan busana yang bisa diterima oleh generasi muda tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya asli.
Misalnya, baju kurung dan kebaya labuh kini sering dipadukan dengan aksesoris modern, serta penggunaan bahan yang lebih variatif seperti sifon dan organza. Selain itu, ada agenda besar untuk mempromosikan baju adat Riau dalam panggung fashion mancanegara, memperkenalkan kekayaan budaya Melayu kepada dunia.
Baca Juga: Bercerita dengan Baju Adat Bali Wanita yang Penuh Makna
6 Jenis Baju Adat Riau untuk Laki-Laki dan Perempuan
Berbicara mengenai busana, ada banyak faktor yang mengatur dan menyusun pembentukannya. Tidak hanya sejarah, namun juga kebiasaan sehari-hari dan nilai budaya yang dianut masyarakat.
Dalam buku Pakaian Adat Tradisional Daerah Riau (1989), kategorinya pun terbagi lagi. Ada jenis pakaian, perhiasan, dan kelengkapan dari baju adat riau untuk berbagai acara (misal, sehari-hari dan upacara adat) dan faktor demografis (seperti usia, jenis kelamin, dan status sosial). Minto sudah mencoba merangkumnya untuk Knittopreneurs.
Baju Adat Riau untuk Perempuan
Secara mendasar, jenis-jenis busana ini adalah yang kerap dipakai oleh perempuan di tanah Riau:
1. Busana Kurung Teluk Belanga
- Desain dan Ciri Khas: Baju kurung teluk belanga memiliki potongan yang longgar dan lapang, dengan leher bulat yang dibelah sekitar 5 cm.
- Cara Memakai: Biasanya dipasangkan dengan kain sarung batik, kain lejo, atau kain pelekat.
- Pengguna dan Kegunaan: Digunakan oleh perempuan tua, setengah baya, dan anak-anak gadis. Saat keluar rumah, sering dilengkapi dengan selendang tipis atau kain tudung lingkup.
- Bahan dan Warna: Untuk perempuan tua, digunakan kain katun dengan motif bunga-bunga atau polos dengan warna yang tidak mencolok. Perempuan setengah baya atau anak gadis menggunakan stelan yang bahan dan warnanya serasi, dengan jahitan di ketiak yang longgar disebut kekek atau pesak. Selendang digunakan untuk menutup kepala.
- Fungsi: Disukai untuk bersantai di luar rumah, sholat, atau aktivitas sehari-hari lainnya.
2. Busana Kebaya Laboh
- Desain dan Ciri Khas: Menurut situs Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, panjang kebaya laboh mencapai tiga jari di bawah lutut atau hingga betis, dengan empat atau lima kancing kecil di depan yang terlindung oleh lidah busana. Lengan panjangnya sekitar dua jari dari pergelangan tangan, memberikan ruang untuk memperlihatkan gelang yang dipakai.
- Cara Memakai: Dilengkapi dengan sarung batik, kain pelekat, atau kain lejo yang warnanya disesuaikan dengan kebaya. Selendang atau kain tudung lingkup digunakan saat keluar rumah.
- Bahan dan Variasi: Bahan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan pemakai, dengan desain yang sama di berbagai wilayah Riau seperti Kepulauan Riau, Siak, Pelalawan, dan lainnya.
3. Busana Kebaya Pendek
- Desain dan Ciri Khas: Kebaya pendek memiliki panjang hingga panggul, dengan ujung busana yang bisa mendatar atau sedikit miring di bagian depan.
- Penggunaan dan Kegunaan: Lebih praktis dan digunakan untuk kegiatan sehari-hari, terutama bekerja di ladang atau sawah. Di daerah Lima Koto Kampar, kebaya pendek sering dipakai dengan kain sarung yang diikat sedikit di atas lutut untuk memudahkan bergerak.
- Bahan dan Warna: Terbuat dari kain katun atau cita polos, sesuai dengan selera dan kebutuhan pemakainya.
Baju Adat Riau untuk Laki-laki
Sementara itu, pada laki-laki, busana berikut sering dipakai sebagai pakaian adat:
1. Busana Teluk Belanga
- Desain dan Ciri Khas: Berkerah dan berkancing (bisa berupa kancing tep, emas, atau permata). Lengan panjang menutup pergelangan tangan, dan potongan yang agak longgar.
- Cara Memakai: Dipasangkan dengan celana dan kain samping seperti kain pelekat. Kain samping bisa dipakai dengan berbagai cara, seperti dipunjut ke samping atau ditarik ke pinggang.
- Fungsi: Digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti sholat, bekerja di rumah, atau bersantai. Dilengkapi dengan penutup kepala seperti kopiah atau ikat kepala.
2. Busana Cekak Musang
- Desain dan Ciri Khas: Hampir mirip dengan teluk belanga, tetapi berkerah tanpa kancing, dengan belahan leher sekitar 5 cm untuk memudahkan pemakaian. Memiliki tiga kantong (satu di atas kiri dan dua di bawah).
- Cara Memakai: Stelan dengan celana panjang hingga mata kaki. Bahan yang digunakan polos dan tidak panas, warna disesuaikan dengan selera.
- Kegunaan: Dilengkapi dengan kopiah hitam, sering digunakan oleh orang tua dan lelaki setengah baya.
3. Busana Gunting Cina
- Desain dan Ciri Khas: Berkerah dengan leher bulat, terbelah di bagian depan dengan lima kancing.
- Cara Memakai: Dipasangkan dengan kain sarung atau kain pelekat hingga mata kaki, tanpa kain samping.
- Fungsi: Digunakan untuk menerima tamu, pergi ke masjid, atau pertemuan tidak resmi, dilengkapi dengan kopiah atau peci.
Baca Juga: Bercerita dengan Baju Adat Jawa Barat, Sejarah dan Filosofinya yang Kaya Makna
Makna 6 Warna-Warna Tradisional Baju Adat Riau
Walau kini sudah berkembang dengan banyak variasi warna, baju adat riau yang “tradisional” memiliki warna-warna yang khas. Semuanya dipilih dan dikombinasikan berdasarkan maknanya, seperti:
- Warna Merah
Merah sering dipakai sebagai baju adat riau karena dinilai melambangkan persaudaraan, yang dikenal dengan tali darah atau tali persaudaraan. Filosofi warna merah pada busana tradisional ini mencerminkan hubungan erat dan solidaritas antar keluarga dan masyarakat.
- Warna Hitam
Kemudian, ada hitam yang dianggap melambangkan keberanian dan keperkasaan hulubalang. Pada baju adat riau, warna ini mencerminkan keberanian dan kekuatan para pejuang dalam mempertahankan kehormatan dan wilayah mereka.
- Warna Hijau
Hijau akrab dengan makna kesuburan dan tunas (harapan baru). Warna hijau kerap dipakai dalam mencerminkan harapan, pertumbuhan, dan kemakmuran, serta hubungan yang harmonis dengan alam pada busana tradisional.
- Warna Biru
Tidak hanya melambangkan kedamaian dan ketenangan, dalam ‘bahasa’ baju adat, warna biru dipakai karena bermakna kebahagiaan, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Maka, penggunaan biru erat kaitannya dengan rasa bersyukur dan cukup dengan berkah yang didapatkan.
- Warna Putih
Seperti putihnya kapas, warna putih dinilai melambangkan kesucian dan ketulusan hati. Selain itu, warna ini kerap dipakai dalam baju adat riau untuk memaknai kemurnian hati dan kejujuran, serta niat yang bersih dalam setiap tindakan. Misalnya seperti upacara pernikahan yang akan memulai kehidupan bersama keluarga baru.
- Warna Kuning
Kuning adalah warna yang mencerminkan kemuliaan, kekuasaan, dan kedaulatan. Maka tidak heran, bahwa warna ini sering digunakan oleh bangsawan dan keluarga kerajaan. Terutama di baju adat Riau yang memiliki kesultanan pada masanya.
Komponen Pelengkap Baju Adat Riau
Khusus untuk bagian ini, Minto akan mencoba bahas dari segi aksesoris dan perhiasan yang biasanya dipakai pada upacara pernikahan ya, Knittopreneurs!
Busana Pengantin Laki-Laki Melayu Riau
- Kain Samping: Bermotif siku keluang, pucuk rebung, dan lainnya.
- Penutup Kepala: Distar berbentuk mahkota atau tanjak dalam berbagai bentuk seperti ikat datuk bendahara dan ikat laksemana. Di wilayah Lima Koto Kampar, menggunakan sorban yang disebut Sorban Togang.
- Sebai: Dipakai di sebelah kiri bahu, berwarna kuning bersulam kelingan.
- Kalung: Dikaitkan di leher, berupa rantai panjang berbelit dua sebagai tanda ikatan Ayah dan Bunda.
- Pending atau Bengkong: Berwarna kuning sesuai dengan derajatnya, dengan les ungu, hijau, atau merah.
- Canggai: Dipakai pada ibu jari kelingking.
- Sepatu atau Capal: Sepatu runcing atau capal kulit.
- Keris Pendek: Berhulu burung selindit, disisipkan di pinggang sebelah kiri, bersarung dan diikat dengan kain kuning untuk menghindari mala petaka.
Busana Pengantin Perempuan Melayu Riau
- Hiasan Kepala: Dihiasi perkakasan andam, ramin pada bagian kening, sanggul lipat pandan atau sanggul lintang, dihiasi dengan sunting dan genta-genta atau bunga goyang bermotif bunga cina.
- Kalung: Digantung kalung emas dan rantai papan atau dukoh bertingkat tiga, lima, dan tujuh.
- Gelang Lengan: Diberi gelang berkepala burung merak pada lengan kanan dan kiri sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.
- Sebai: Dipakai di bahu kiri, ditenun dengan benang emas dan kelingan.
- Canggai: Dipakai pada jari kelingking dan ibu jari, terbuat dari perak atau emas.
- Pending: Dikenakan di pinggang, terbuat dari emas untuk menambah kerampingan badan pengantin.
- Gelang Kaki: Dipakai pada kaki kiri dan kanan, terbuat dari emas atau perak dengan kepala kuntum bunga cempaka.
- Kasut atau Selepa: Terbuat dari beledru, dihiasi dengan kelingkan dan manik.
Baca Juga: Bercerita dengan Baju Adat Jawa Timur, Penuh Pesona Tradisi Indonesia
Sekian dulu pembahasan yang bisa Minto berikan mengenai baju adat riau. Semoga setelah membaca artikel ini, Knittopreneurs bisa memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya, dan ikut melestarikan kearifan lokal yang satu ini. Nantikan pembahasan lainnya dari Minto, ya!
TOKO BAHAN KAOS KNITTO BANDUNG
Jl. Kebon Jukut No. 15, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Telepon: (022) 4214962
Jl. Holis No. 35, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Telepon : (022) 20589089
TOKO BAHAN KAOS KNITTO YOGYAKARTA
Jl. HOS Cokroaminoto 162A, Yogyakarta
Telepon : (0274) 5017513
TOKO BAHAN KAOS KNITTO SEMARANG
Jl. Jenderal Sudirman No. 300 – 302, Semarang
Telepon: (024) 760-728-5
TOKO BAHAN KAOS KNITTO SURABAYA
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No 27, Surabaya (MERR)
Telepon: (031)5937700
Official WhatsApp: 082120003035
Email : [email protected]