Mengenal 9 Baju Adat Sumatera Utara, Banyak Ragamnya!

0
5/5 - Vote count: 75 votes

Mengenal 9 Baju Adat Sumatera Utara, Banyak Ragamnya! – Halo Knittopreneurs! Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat beragam warisan budaya yang mesti dilestarikan. Beberapa di antaranya bahkan telah diakui di mata dunia.

Baju Adat Sumatera Utara
Baju Adat Sumatera Utara

Sumatera Utara termasuk salah satu provinsi yang menyimpan budaya yang beraneka ragam. Selain tradisi, adat istiadat, dan rumah tradisional, provinsi di bagian utara Pulau Sumatera ini juga memiliki pakaian adat yang penuh filosofi dan makna.

Yuk jelajahi macam-macam baju adat Sumatera Utara beserta sejarah dan filosofi di baliknya bersama Minto melalui artikel berikut!

Sejarah Baju Adat Sumatera Utara

Sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia, terdapat setidaknya tiga suku asli di Sumatera Utara. Hal ini dijelaskan oleh Buku Sejarah Daerah Sumatera Utara yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Pertama, suku batak selaku etnis terbesar yang menghuni wilayah pedalaman di sekitar Danau Toba. Suku ini terbagi atas beberapa sub suku, yang meliputi Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Dairi yang juga dikenal sebagai Batak Pakpak, serta Batak Mandailing.

Selain itu, ada suku Melayu yang tinggal di pesisir timur, serta suku Nias yang menghuni Pulau Nias, salah satu kabupaten di Sumatera Utara, dengan Gunung Sitoli sebagai ibu kotanya.

Baju adat Sumatera Utara pertama kali berasal dari suku Batak Toba, yang ditandai dengan munculnya kain ulos yang telah menjadi tradisi di Tanah Batak selama sekitar 4.000 tahun. 

Menurut temuan Miyara Sumatera Foundation, tradisi menenun ulos dimulai sejak abad ke-14 dan diakui sebagai salah satu peninggalan peradaban tertua di Asia, bahkan sebelum bangsa Eropa mengenal tekstil.

Dilansir Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tradisi menenun ulos merupakan sesuatu yang sakral. 

Dikisahkan dalam cerita rakyat, untuk membuat satu helai kain ulos bagi anak perempuan yang akan menikah, seorang ibu harus meminta penenun di kampungnya dengan penuh hormat dan rendah hati. 

Tidak hanya memberikan napuran, yaitu sirih dan kapur yang menjadi simbol permintaan tolong, sang ibu juga harus berbicara dengan sopan dan membujuk penenun. 

Permohonan tersebut baru akan dipenuhi jika penenun merasa senang dan melihat kesungguhan sang ibu.

Itulah mengapa ulos menjadi simbol kasih sayang, kehangatan, berkah, dan persaudaraan. Seiring waktu, kain ulos tak hanya dikenakan oleh masyarakat Batak Toba, melainkan juga menjadi salah satu baju adat Sumatera Utara yang menyebar ke etnis lainnya.

Ragam Baju Adat Sumatera Utara

Pakaian Adat Sumatera Utara didominasi kain ulos yang semula berasal dari suku Batak di kawasan Danau Toba.

Kain ini dikenakan oleh hampir setiap sub suku Batak, namun dengan karakteristik dan penamaan yang berbeda. 

Yuk, kita kupas satu per satu ragam baju adat Sumatera Utara untuk melestarikan warisan budaya leluhur di Nusantara!

Baca Juga: 10 Bagian Baju Adat Minang untuk Pernikahan, Cantik dan Unik! 

Baju Adat Suku Batak Toba

Pakaian Adat Batak Toba
Pakaian Adat Batak Toba (Sumber: Instagram.com/diyahcahyawati)

Ulos” adalah kain tradisional yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Batak Toba. Awalnya, kain ulos digunakan oleh nenek moyang yang tinggal di daerah dataran tinggi untuk menghangatkan tubuh.

Namun saat ini, kain ulos lebih banyak dikenakan dalam upacara adat dan perayaan besar seperti pesta pernikahan. 

Baju adat Batak Toba ini hadir dalam berbagai jenis yang digunakan sesuai dengan kegunaan dan makna acaranya.

Sebagai contoh, ulos ragi hotang digunakan pada upacara pernikahan dan diberikan oleh orangtua mempelai perempuan kepada menantu lelakinya.

Sementara ulos sibolang diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya sebagai tanda menghormati jasanya selama menjadi istri mendiang suami.

Kain ulos dikenakan mulai dari bagian atas hingga bawah tubuh. Pada pria, bagian atas disebut ampe-ampe, sementara bagian bawah disebut singkot

Pada perempuan, bagian atas disebut hoba-hoba dan bagian bawah dikenal sebagai haen. Biasanya, bulang-bulang, yaitu penutup kepala dikenakan oleh pria sebagai pengikat kepala, dan sebagai tali jika digunakan perempuan.

Baju Adat Suku Batak Karo

Pakaian Adat Batak Karo
Pakaian Adat Batak Karo (Sumber: Instagram.com/lyodraofficial)

Berasal dari dataran tinggi Karo, uis gara adalah nama baju adat Sumatera Utara yang dikenakan masyarakat suku Batak Karo, terbuat dari kain tenun yang khusus dibuat dari pintalan kapas.

Dalam bahasa Batak Karo, uis gara berarti kain merah. Namun baju adat Sumatera Utara ini juga memadukan warna lain seperti putih, hitam, benang perak, dan benang emas. 

Warna merah dan hitam pada uis gara melambangkan kekuatan dan keberanian, sementara benang emas atau perak menunjukkan kemuliaan.

Pria Batak Karo biasanya mengenakan baju berlengan panjang yang dipadukan dengan ikat kepala yang disebut “beka buluh.”

Sedangkan wanita memakai kain tenun sebagai sarung dan selendang yang disebut “uis nipis.” Ini melambangkan martabat wanita dalam adat Karo.

Biasanya, masyarakat Batak Karo mengenakan kain uis gara sebagai baju adat Sumatera Utara dalam kegiatan sehari-hari dan juga upacara adat resmi.

Seperti kain ulos, kain uis gara juga memiliki beraneka ragam jenis, di mana masing-masing punya makna dan simbol yang berbeda.

Contohnya, kain uis beka buloh menjadi simbol kewibawaan dan tanda kebesaran bagi Putra Karo dan biasanya dikenakan sebagai penutup kepala atau mahkota saat pesta adat.

Ada pula kain uis gatip jongkit yang melambangkan karakter teguh dan ulet seorang wanita. Kain ini digunakan sebagai penutup kepala wanita Karo, baik pada pesta atau pun sehari-hari.

Namun, di beberapa daerah, kain ini juga dapat diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu atau pemberi berkat pada saat wanita Karo meninggal dunia.

Baju Adat Suku Mandailing

Baju Adat Batak Mandailing
Baju Adat Batak Mandailing (Sumber: Pinterest)

Baju adat Sumatera Utara selanjutnya adalah dari suku Mandailing yang menghuni kawasan sekitar Mandailing, Tapanuli Selatan dan Padang Lawas.

Pada dasarnya, baju adat Mandailing memiliki tampilan yang serupa dengan pakaian adat Batak Karo. Namun penggunaan aksesoris yang lebih ditonjolkan menjadi pembedanya.

Untuk perempuan, bulang atau mahkota akan dikenakan saat pesta pernikahan. Ini lebih dari sekadar aksesoris kepala, melainkan juga simbol status sosial mempelai perempuan. Semakin banyak jumlah tingkatannya, semakin tinggi pula kelas sosialnya.

Selain bulang, perempuan Mandailing juga akan mengenakan baju kurung panjang hitam dengan bordir keemasan, kain songket panjang untuk digunakan sebagai bawahan, dua helai selendang teun Pattani (songket) yang diselempangkan di baju kiri dan kanan.

Ada pula bobat atau ikat pinggang berwarna keemasan, sepasang keris berukuran kecil yang diselipkan di ikat pinggang bagian depan, puntu atau gelang emas untuk mempercantik penampilan, hingga kalung dan anting emas.

Pakaian yang digunakan laki-laki tentu memiliki perbedaan. Biasanya, laki-laki mengenakan mahkota atau ampu sebagai penutup kepala. Ini terbuat dari kain beludru berwarna hitam dengan hiasan emas.

Para pria juga akan mengenakan bajo godang yang merupakan baju berbentuk jas, serta kain sesamping atau kain tenun songket yang dililitkan di bagian pinggang.

Baju Adat Batak Simalungun

Baju Adat Batak Simalungun
Baju Adat Sumatera Utara dari suku Simalungun (Sumber: Instagram.com/jscmila)

Pakaian adat Batak Simalungun disebut “gorga,” yang merupakan kain tenun dengan pola geometris khas. 

Merupakan bagian dari suku Batak, baju adat yang dikenakan masyarakat Simalungun hampir sama dengan baju adat dari Sumatera Utara lainnya.

Namun, material dasar yang digunakan untuk membuat bajunya berbeda, yakni kain tenun yang disebut hiou.

Untuk menyempurnakan penampilan, pria memakai ikat kepala yang disebut “bulang-bulang” dan kain tenun yang disebut “surat.”

Sedangkan wanita memakai kebaya sederhana dengan kain sarung tenun berwarna cerah yang dipakai di pinggang atau dililitkan di kepala.

Aksesoris perak sering dipakai untuk menambahkan kesan anggun dan berwibawa.

Baju Adat Batak Batak Pakpak

Pakaian Adat Pakpak
Baju Adat Sumatera Utara dari suku Pakpak (Sumber: Instagram.com/zonapakpak)

Suku yang tersebar di daerah Pakpak Barat dan Dairi juga memiliki kain khas yang dinamakan baju merapi-rapi. Bahan dasarnya menggunakan kain tenun yang dipadukan dengan kain oles.

Warnanya didominasi hitam dengan variasi warna putih dan merah. Ketiga warna tersebut disebut ‘bennang sitellu rupa’ atau benang tiga rupa.

Busana adat Pakpak menggambarkan keagungan tetapi penuh kesantunan, sebagaimana dijelaskan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

Saat mengenakan baju merapi-rapi, perempuan dan laki-laki dari suku Pakpak akan memakai aksesoris seperti penutup kepala.

Pada perempuan, tutup kepalanya berbentuk lonjong dengan sudut runcing ke belakang dengan rambu yang terurai di dahi. Ini disebut dengan saong.

Tak lupa, berbagai perhiasan seperti leppa-leppa atau kalung dan rante abak atau ikat pinggang.

Sedangkan pada laki-laki, tutup kepalanya bernama bulang-bulang yang menggambarkan kehormatan dan kewibawaan.

Baju Adat Batak Angkola

Pakaian Adat Batak Angkola
Baju Adat Sumatera Utara dari suku Batak Angkola

Gambar di atas adalah contoh gambar baju adat Sumatera Utara di atas adalah berasal dari suku Mandailing.

Menghuni lokasi yang sama dengan suku Mandailing, tidak mengherankan jika baju adat Sumatera Utara dari suku Batak Angkola tampak serupa dengan etnis tersebut dan sub suku batak lainnya.

Meski begitu, terdapat perbedaan di antara keduanya. Pakaian adat perempuan suku Angkola didominasi warna merah dan memakai selendang yang diselempangkan pada badan.

Sementara pria Batak Angkola mengenakan ulos ragidup atau sibolang, kain ulos yang melambangkan kehidupan dan perlindungan. 

Penutup kepala yang disebut ampu hadir sebagai pelengkap. Bentuknya khas dan biasa digunakan para raja di Mandailing dan Angkola pada zaman dulu.

Dalam upacara adat, busana ini digunakan sebagai tanda penghormatan dan perlindungan dari para leluhur.

Baca Juga: 7 Baju Adat Perempuan Indonesia

Baju Adat Nias

Baju Adat Nias
Baju Adat Sumatera Utara dari Suku Nias (Sumber: Instagram.com/juwitahia)

Berlokasi di pulau Nias yang terpisah dengan dataran utama, etnis yang mendiami wilayah tersebut memiliki busana berbeda dengan baju adat Sumatera Utara lainnya.

Jika baju adat suku-suku lain didominasi warna hitam, merah, dan emas, suku Nias menggunakan kuning dan merah sebagai warna utama.

Busana tradisional Nias dikenal dengan nama baru oholu untuk laki-laki dan oroba si oli untuk perempuan. 

Baju adat ini umumnya berwarna merah atau kuning yang dikombinasikan dengan corak hitam dan juga emas, yang akan ditambahkan dengan saombo atau cawat dan rompi dari kulit kayu pohon oholu untuk laki-laki.

Pakaian tradisional ini akan dipadukan dengan bawahan berupa rok atau kain bernama u’i pada perempuan. Bawahan ini menunjukkan derajat sosial yang tinggi.

Sebagai pelengkap, aksesoris seperti gelang kuningan yang dinamakan aja kola, sebuah gelang yang beratnya mencapai 100 kg akan menghiasi tangan para perempuan.

Ada pula pemanis lain seperti anting dari logam bernama saro delinga yang ukurannya juga cukup besar.

Tak mau kalah, para laki-laki juga akan menyempurnakan tampilannya dengan aksesoris berupa kalung bernama kalabubu yang terbuat dari kuningan.

Baju Adat Melayu

Pakaian Adat Melayu
Pakaian Adat Melayu (Sumber: Pinterest)

Tersebar di segala penjuru Sumatera, suku adat Melayu biasanya menghuni daerah Tebing Tinggi, Batu Bara, Binjai, Langkat, Medan, Deli Serdang, dan Bedagai di Sumatera Utara.

Busana tradisional suku Melayu adalah baju kurung yang dikombinasikan dengan songket. Khusus perempuan, bajunya terbuat dari brokat atau sutra untuk menambah kesan glamor.

Sementara itu, laki-laki dari suku Melayu akan mengenakan pakaian adat yang bernama teluk belanga, baju berlengan panjang yang terbuat dari bahan katun atau bahan lain yang polos. Atasannya dipadukan dengan celana berbahan yang sama.

Untuk mempercantik penampilan, perempuan akan mengenakan hiasan kepala berupa bando krun bunga kamboja yang memberikan kesan anggun dan manis.

Rambut mereka biasanya ditata dengan sanggul yang dihiasi dengan cemara, sebuah ornamen rambut yang terbuat dari logam emas atau perak. Ini melambangkan keindahan dan kelembutan seorang wanita Melayu. 

Warna-warna yang digunakan baju adat Sumatera Utara dari suku Melayu biasanya lebih cerah, seperti hijau, biru, atau kuning dan biasanya dikenakan dalam upacara keagamaan, pernikahan, serta acara formal kerajaan, sebagai simbol keagungan budaya Melayu.

Baju Adat Batak Sibolga

Baju Adat Sibolga
Baju Adat Sibolga (Sumber: Instagram.com/alifahlanayahh_)

Suku Batak Sibolga memiliki pakaian adat yang terpengaruh oleh  Batak Toba dan suku-suku pesisir lainnya. 

Pria mengenakan baju adat Sumatera Utara dengan kain tenun dan hiasan kepala berbentuk ikat, sedangkan wanita mengenakan kebaya yang dipadukan dengan kain tenun yang dililit di pinggang. 

Kain tenun ini biasanya memiliki motif-motif lokal yang khas. Aksesoris perak dan emas juga akan menyempurnakan penampilan para wanita dalam upacara adat.

Kapan Baju Adat Sumatera Utara Dikenakan?

Baju adat Provinsi Sumatera Utara dikenakan dalam berbagai kesempatan dan acara adat yang memiliki makna penting dalam kehidupan masyarakat. Berikut adalah momen-momen penting di mana pakaian adat ini biasanya dipakai:

  • Upacara Pernikahan: Pakaian adat dikenakan oleh pengantin dan keluarga untuk menghormati leluhur dan adat-istiadat.
  • Upacara Kematian: Digunakan dalam acara duka, terutama kain ulos sibolang yang melambangkan penghormatan bagi yang meninggal.
  • Pesta Adat: Dipakai saat syukuran dan pesta adat seperti mangulosi dan panen raya.
  • Upacara Keagamaan/Festival Budaya: Dikenakan dalam acara keagamaan atau perayaan budaya seperti Pesta Danau Toba.
  • Pelantikan atau Acara Formal Adat: Dipakai dalam pelantikan adat atau acara formal yang melibatkan para pejabat adat.

Baju adat Sumatera Utara mencerminkan kekayaan budaya dan warisan leluhur yang penuh makna. Melestarikan dan mengenakan pakaian adat bukan hanya menjaga tradisi, tetapi juga merayakan identitas kita sebagai bangsa yang beragam. 

Baca Juga: Mempelajari Sejarah 3 Pakaian Adat Melayu yang Populer

Yuk, Knittoprenerus, kita lestarikan budaya Indonesia dengan bangga, menjaga warisan leluhur agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang serta masyarakat dunia. Banggakan budaya kita, cintai Indonesia!

TOKO BAHAN KAOS KNITTO BANDUNG

Jl. Kebon Jukut No. 15, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Telepon: (022) 4214962

Jl. Holis No. 35, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Telepon : (022) 20589089

TOKO BAHAN KAOS KNITTO YOGYAKARTA

Jl. HOS Cokroaminoto 162A, Yogyakarta

Telepon : (0274) 5017513

TOKO BAHAN KAOS KNITTO SEMARANG

Jl. Jenderal Sudirman No. 300 – 302, Semarang

Telepon: (024) 760-728-5

TOKO BAHAN KAOS KNITTO SURABAYA

Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No 27, Surabaya (MERR)

Telepon: (031)5937700

Official WhatsApp: 082120003035

Email : [email protected]