7 Fakta Unik Baju Bodo, Pakaian Tertua di Dunia dari Sulawesi Selatan

0
5/5 - Vote count: 75 votes

Fakta Menarik Baju Bodo, Pakaian Tertua di Dunia dari Sulawesi Selatan – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya. Dari Sabang hingga Merauke, setiap suku dan daerah memiliki tradisi, bahasa, tarian, musik, hingga busana adat yang unik dan khas. 

ilustrasi orang mengenakan baju Bodo dari Sulawesi Selatan
ilustrasi orang mengenakan baju Bodo dari Sulawesi Selatan (Sumber: Pinterest)

Salah satu suku yang memiliki warisan budaya luar biasa adalah suku Bugis dari Sulawesi Selatan. Suku Bugis boleh berbangga karena pakaian tradisionalnya, baju Bodo, digadang-gadang menjadi pakaian adat tertua di dunia.

Lantas, apa saja keunikan yang dimiliki baju adat ini dan bagaimana sejarah serta perkembangannya? Untuk menjawab rasa penasaran Knittopreneurs, yuk cari tahu fakta-faktanya di sini!

Apa Itu Baju Bodo?

ilustrasi baju bodo yang dikenakan saat pernikahan
ilustrasi baju bodo yang dikenakan saat pernikahan (Sumber: Pinterest)

Baju bodo adalah pakaian adat dari Sulawesi Selatan yang berbentuk persegi empat tanpa jahitan di bagian lengan. Keunikan ini yang membuatnya berbeda dari kebanyakan pakaian adat lain. 

Dengan lengan pendek yang hanya mencapai siku, pakaian adat Bodo menonjolkan kesederhanaan sekaligus memberikan keleluasaan bagi pemakainya untuk bergerak. Potongannya yang longgar dan ringan juga membuat baju ini nyaman dipakai.

Meski terlihat sederhana, busana tradisional ini dipadukan dengan bawahan yang terbuat dari kain sarung sutra bermotif khas.

Kombinasi ini membuat penampilan wanita Bugis semakin anggun dan elegan, terutama ketika dipakai dalam acara adat atau upacara penting.

Sejarah Baju Bodo, Sudah Berusia Satu Milenium

Sejarah Baju Bodo yang Berusia 1 Milenium
Sejarah Baju Bodo yang Berusia 1 Milenium (Sumber: commons.wikimedia.org)

Baju Bodo, yang menjadi bagian penting dari identitas masyarakat suku Bugis di Sulawesi Selatan, diyakini sudah ada sejak pertengahan abad ke-9. Hal ini menjadikannya salah satu pakaian tertua di dunia.

Nama bodo berasal dari bahasa Bugis-Makassar yang berarti “pendek.” Namun di kalangan masyarakat lokal, pakaian ini lebih dikenal dengan sebutan wajo tokko.

Pada awalnya, baju adat bodo memiliki potongan lengan yang pendek. Pakaian ini dikenakan oleh perempuan Bugis tanpa penutup dada. Dengan demikian, payudara dan lekuk tubuh mereka terlihat jelas. 

Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan pada tahun 2021 berjudul “Pemahaman Tentang Pembagian Aturan Warna pada Baju Tradisional Suku Bugis“, sekitar awal abad ke-19, Don Lopez Comte de Paris, salah seorang pembantu gubernur jenderal Daendels, memperkenalkan penutup dada di Sulawesi Selatan.

Namun karena kurang populer, penggunaannya pun belum meluas di kalangan masyarakat. Cara memakai baju adat asal Sulawesi Selatan seperti ini akhirnya tetap dipertahankan sampai tahun 1930-an.

Penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan pada abad ke-17, yang dibawa oleh para pendakwah dari Melayu dan Minangkabau, mengubah tatanan sosial di wilayah tersebut. 

Banyak masyarakat yang dulunya penganut Kristen dan Tolotang beralih memeluk Islam, yang berimbas pada transformasi baju adat Bodo. Pakaian ini mulai dipadukan dengan kemben, dalaman yang umum dikenakan oleh masyarakat Jawa, untuk menutupi dada.

Selain itu, pengaruh pergerakan DII/TII di Sulawesi Selatan juga berdampak besar terhadap penggunaan baju Bodo. 

Pada masa itu, larangan kegiatan pesta dan penggunaan pakaian yang tidak sesuai dengan syariat Islam, termasuk baju Bodo yang menampakkan tubuh, menyebabkan baju ini mulai jarang digunakan. 

Tindakan ini diambil untuk menegakkan ajaran Islam yang mewajibkan pakaian yang menutupi aurat.

Sebagai tanggapan terhadap larangan ini, Kerajaan Gowa melakukan modifikasi dengan menciptakan baju La’bu, yang memiliki bentuk serupa namun lebih panjang hingga lutut dan lebih tebal. 

Seiring waktu, baju yang awalnya terbuat dari kain muslin tipis ini mengalami perubahan menjadi lebih tebal dan kaku, dengan penggunaan benang sutra sebagai bahan utamanya. 

Meskipun ada modifikasi dan perubahan dari segi bahan, nama “baju Bodo” masih tetap dipertahankan hingga kini.

Baca Juga: Baju Adat Perempuan Indonesia

Desain Baju Bodo dari Masa ke Masa

Evolusi baju bodo dari masa ke masa
Evolusi baju bodo dari masa ke masa (Sumber: commons.wikimedia.org)

Awalnya, baju bodo hadir dengan pola dan desain yang sederhana. Hanya selapis kain muslin yang tipis dan menerawang. Modelnya mengembang menyerupai balon, ukurannya cenderung longgar, dan bagian lengannya pendek sampai siku.

Bahan ini dipilih karena cocok dengan cuaca terik dan cenderung lembab di Sulawesi Selatan. Karena transparan dan tak mengenakan pakaian dalam, baju ini memperlihatkan lekuk tubuh, warna kulit, dan bagian dada penggunanya. 

Seiring dengan perkembangan zaman, berkembanglah desain dan bentuk dari baju adat ini. Sejak tahun 1930-an, para perempuan akan mengenakan dalaman seperti manset yang warnanya senada.

Kemudian, baju ini juga bertransformasi menggunakan kain yang tidak transparan dengan sutera sebagai bahan dasarnya. Bahan ini dipilih karena memiliki kepadatan yang rapat.

Modifikasi ini juga terlihat dari desain bajunya. Dari yang awalnya berlengan pendek menjadi berlengan panjang sehingga memudahkan wanita muslimah untuk mengenakannya.

Ada pula sejumlah variasi yang terlihat untuk menambah nilai estetika baju. Contohnya, penambahan rumbai pada bagian bawah baju dan aksen serutan pada bagian lengan. Motifnya pun mulai lebih berwarna dengan adanya tempelan lempengan logam dan aksesoris lain.

Simbol dan Makna Baju Bodo Menurut Warnanya

ilustrasi pemakaian baju bodo saat festival kebudayaan
ilustrasi pemakaian baju bodo saat festival kebudayaan (Sumber: commons.wikimedia.org/Ali Froghi)

Ini adalah salah satu keunikan pada baju Bodo. Setiap warna akan melambangkan simbol dan makna yang berbeda sehingga tak bisa dikenakan begitu saja.

Penggunaan busana ini dibedakan menurut usia, di mana tingkat kegelapan warna menunjukkan kematangan usia yang mengenakannya.

Berikut ini pembagian warnanya berdasarkan usia:

  1. Kuning gading: Karena memiliki kesan ceria, maka warna ini dipakai oleh anak perempuan berusia 10 tahun.
  2. Jingga dan merah muda: Dalam bahasa Bugis, merah muda disebut Bakko yang berasal dari kata Bakka, atau setengah matang. Karenanya, warna ini dipakai gadis berusia 10-14 tahun.
  3. Merah tua: Wanita berusia 17-25 tahun juga mengenakan warna merah, tapi dengan nuansa yang lebih tua. Biasanya, warna ini juga dikenakan perempuan yang sudah menikah dan punya anak.
  4. Hitam: Dipakai oleh wanita berusia 25-40 tahun.

Selain usia, pembagian warna baju Bodo juga dilakukan berdasarkan status dan martabat sosial seseorang, sebagaimana dirangkum oleh Minto berikut ini.

  1. Putih: Dipakai oleh inang raja, dukun, atau bissu karena dipercaya dapat mengantarkan mereka menjadi penghubung khayangan, dunia nyata, dan roh. Namun saat ini, baju bodo berwarna putih digunakan untuk pengantin.
  2. Hijau: Dahulu, baju Bodo berwarna hijau hanya boleh digunakan oleh putri raja atau perempuan bangsawan. Seiring waktu, warna ini juga bisa menjadi variasi baju pengantin.
  3. Ungu: Dipakai untuk para janda.

Perkembangan Bahan Baju Adat Bodo

ilustrasi orang mengenakan baju bodo hijab
ilustrasi orang mengenakan baju bodo hijab (Sumber: commons.wikimedia.org/Ali Froghi)

Pada awalnya, baju Bodo terbuat dari kain muslin, yaitu kain yang ditenun dari serat kapas yang dipintal dengan benang katun. 

Menurut catatan perjalanan Marco Polo dalam bukunya The Travel of Marco Polo yang diterbitkan pada 1928, muslin berasal dari Mosul, Irak, dan diperjualkan di Dhaka, Bangladesh, oleh para pedagang yang disebut Musolini

Kain muslin dianggap cocok untuk digunakan di Indonesia, terutama karena iklim tropisnya. Sebab kain ini memiliki anyaman yang longgar dan ringan, sehingga memberikan sirkulasi udara yang baik.

Uniknya, masyarakat Sulawesi Selatan telah mengenal kain muslin jauh sebelum orang-orang Eropa mulai mengenalnya pada abad ke-17. 

Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, bahan kain untuk baju Bodo pun mengalami perubahan. 

Sebagai akibat dari pengaruh Islam yang semakin kuat, baju adat Bugis ini mulai dibuat dengan bahan sutra, yang memiliki tekstur lebih rapat dan padat, untuk menyesuaikan dengan aturan berpakaian yang lebih tertutup.

Namun, karena kain sutra cukup mahal, masyarakat mulai menggunakan bahan lain sebagai alternatif. Hal ini menyebabkan baju Bodo diproduksi dengan jenis kain yang berbeda-beda.

Meski bahannya bervariasi, bahan kain untuk busana tradisional ini harus ringan dan tidak kaku, sehingga ketika dikenakan, baju akan tetap tampak longgar dan mengembang, menciptakan kesan anggun bagi pemakainya.

Baca Juga: Mengenal Kain Songket, Warisan Budaya dari UNESCO

Memiliki Fungsi yang Beragam

ilustrasi orang mengenakan baju bodo
ilustrasi orang mengenakan baju bodo (Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia)

 

Pada masa lampau, baju Bodo memiliki fungsi yang sangat penting dalam upacara adat dan ritual keagamaan. 

Pakaian ini biasanya dipakai oleh wanita Bugis dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, mappacci (ritual sebelum pernikahan), upacara adat kematian, dan upacara keagamaan lainnya. 

Setiap acara memiliki tata cara berpakaian yang spesifik, termasuk warna Baju Bodo yang harus dikenakan sesuai dengan status sosial dan umur pemakainya.

Saat ini, fungsi Baju Bodo telah meluas. Selain tetap digunakan dalam acara-acara adat dan pernikahan, Baju adat ini juga sering dipakai dalam festival budaya dan pertunjukan seni. 

Busana ini tidak hanya menjadi lambang adat Bugis, tetapi juga bagian dari identitas budaya Indonesia yang kaya akan tradisi. 

Banyak perancang busana modern yang juga mengambil inspirasi dari Baju Bodo untuk menciptakan karya yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.

Aksesoris yang Dikenakan dengan Baju Bodo

potret artis mengenakan baju bodo
potret artis mengenakan baju bodo

Dahulu, baju Bodo hanya dikenakan dengan sarung sebagai bawahan. Sekarang, berbagai jenis aksesoris dihadirkan untuk melengkapi penampilan. 

Contohnya, lempengan besi atau logam kuningan tipis yang ditempa untuk menambah motif agar terlihat lebih estetik. 

Cincin, bando emas, gelas, dan juga kepingan logam pun kerap menghiasi masyarakat Bugis ketika mengenakan baju adat ini.

Penggunaan perhiasan emas tidak hanya mempercantik penampilan, tetapi juga melambangkan status sosial dan kemakmuran pemakainya.

Semua elemen ini menciptakan tampilan yang anggun dan megah, mencerminkan keindahan busana adat Bugis yang sarat akan makna dan tradisi.

Baca Juga: 7 Jenis Benang Terbaik dan Kegunaannya Lengkap

Baju Bodo menjadi bagian dari identitas masyarakat Bugis. Dengan bentuk dan desain yang unik, baju ini bukan hanya sekadar pakaian adat, tetapi juga warisan budaya yang patut dilestarikan.

Melalui tujuh fakta di atas, Knittopreneurs bisa lebih mengenal baju Bodo sebagai salah satu pakaian adat tertua yang tetap relevan hingga kini. 

Referensi:

Inayah, F., Hamka D.W. 2023. (2023). Analisis Perkembangan Desain Baju Bodo Hingga
Tahun 2023 di Sulawesi Selatan. Nouansa Journal of Arts and Design, 7(2).

Tandean, Jennifer. (2021). Pemahaman Tentang Pembagian Aturan Warna
Pada Baju Tradisional Suku Bugis. Folio, 2(1).

TOKO BAHAN KAOS KNITTO BANDUNG

Jl. Kebon Jukut No. 15, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Telepon: (022) 4214962

Jl. Holis No. 35, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Telepon : (022) 20589089

TOKO BAHAN KAOS KNITTO YOGYAKARTA

Jl. HOS Cokroaminoto 162A, Yogyakarta

Telepon : (0274) 5017513

TOKO BAHAN KAOS KNITTO SEMARANG

Jl. Jenderal Sudirman No. 300 – 302, Semarang

Telepon: (024) 760-728-5

TOKO BAHAN KAOS KNITTO SURABAYA

Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No 27, Surabaya (MERR)

Telepon: (031)5937700

Official WhatsApp: 082120003035

Email : [email protected]